Kapanlagi.com - Sutradara Riri Riza, salah satu mentor dalam pelatihan yang diberikan para sineas Indonesia yang digelar Institut Film Swedia mengungkapkan, perfilman di dunia terus mengalami perkembangan seiring kemajuan zaman, demikian pula yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu pelatihan sangat penting untuk memberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
"Masalah pendidikan sangat penting dalam dunia perfilman di Indonesia, sebab industri perfilman akan berkembang kalau bakat-bakat muda tumbuh," katanya.
Sutradara film GIE (2005) dan PETUALANGAN SHERINA (2000) itu mengungkapkan pelatihan membuat film ini menjadi salah satu upaya untuk memberikan kesempatan sineas-sineas muda berbakat mendapat pendidikan film.
"Sehingga ada pembaruan dalam tema dan pendekatan dalam pembuatan filmnya," ujar Riri yang juga menjadi mentor dalam pelatihan ini bersama beberapa sineas lainnya.
Sebanyak 10 orang dari 44 partisipan terpilih untuk mengikuti sebuah pelatihan yang diberikan para sineas Indonesia yang digelar Institut Film Swedia. Mereka sebelumnya telah mengirimkan karya berupa naskah cerita pendek dan terpilih melalui proses penjurian oleh tim juri Enison Sinaro, Seno Gumira Ajidarma, dan Winda Wastu Melati.
Tim juri seleksi Enison Sinaro dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (26/9), mengatakan, partisipan itu terpilih karena karya-karya mereka telah memenuhi unsur film pendek, ceritanya unik, dan menarik untuk divisualisasikan. Misalnya cerita Ira Latief dalam CAN'T HARDLY WATCH THIS TV SHOW, Ronald Airlangga (EMBRACE), dan Andi Arfan Sabran (MY PIKKO).
Sederetan sineas muda - termasuk Riri Riza - akan menjadi mentor dalam pelatihan yang berlangsung selama 22 hari (28 Oktober-18 November) di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Para mentor itu, antara lain, pengarah artistik Ary Juwono (JANJI JONI, BADAI PASTI BERLALU), pengarah fotografi Edi Santoso (BUKAN BINTANG BIASA, MENGEJAR MAS MAS), dan editor Sastha Sunu (3 HARI UNTUK SELAMANYA, THE PHOTOGRAPH, GIE).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar